#abaikan

Sebenarnya gak ada yang benar- benar mau aku ceritain. Beberapa minggu ini kuliah cukup padat dengan tugas dan aku rasanya enggak mau bangun pagi untuk berangkat ke kampus. Selain itu, aku cukup meriah nyiapin Forum Diskusi Daftar Pustaka dengan Dea dan akhirnya mulai jalan bulan Maret ini. Tadinya aku dan Dea sempat bingung untuk nentuin tempatnya, antara kafe, perpustakaan atau sejenis taman hahahaha.

Dari seorang kenalan yang namanya Makbul, dia cerita ada perpustakaan yang baru bakal dibuka dan namanya Literati.  Jadilah kuajak Dea ke sana untuk cek tempat, dan ternyata cocok untuk diskusi Daftar Pustaka. Kita berencana untuk bikin diskusi reguler. Setiap tangal 15 untuk pengarang dan tanggal 30 untuk penyair yang dibagi dalam beberapa edisi: Asia, Afrika, Amerika, Eropa dan Indonesia. Bulan Maret ini kita bahas Pramoedya Ananta Toer dan Chairil Anwar. Bulan April nanti Edisi Asia bakal bahas Haruki Murakami dan Rumi, lebih lanjutnya bisa dicek via twitter @daftpust

Yayaya, cukup segitu iklannya. Balik ke cerita.

Nyiapin diskusi untuk Daftar Pustaka cukup bikin aku geregetan sendiri, mungkin karena masih mulai atau memang mungkin aku susah tenang, hahahaha…  Aku jadi sering dengar kata- kata “Santai aja, Sa.” atau “Tenanglah, Sa,”  dari kawan- kawan. Tapi tetap aja aku bingung dan panik sendiri. Hahaha, duh.

Minggu lalu aku dan Mita bicara panjang di telepon tentang banyak hal sekaligus. Biasanya kami jarang saling kirim sms, chatting atau kirim e-mail, tapi suka kirim postcard atau surat. Awal bulan kemarin Mita kirim DVD bajakan The King’s Speech dan surat pendek. Aku jadi teringat kartu ucapan selamat ulangtahun ke-18 dari Mita yang tulisannya “I think it’s clear why men are intimidated by us” dengan gambar dua perempuan kecil, yang satu lebih pendek, dengan scarf, coat dan boots yang sama. Duh, kenapa selalu teringat dengan cerita- cerita lama ya?

Sebenarnya aku, Mita dan Nindy harus chatt untuk bicara beberapa hal. Tapi karena Mita ketiduran, jadi aku cuma chatt dengan Nindy. Jam 3 dinihari Mita telpon aku untuk tanya apa aja yg udah aku dan Nindy bicarain, tapi akhirnya malah bicarain hal- hal lain, termasuk tentang rumah ‘masa depan’ di luar Banda Aceh. Ya, seputar ‘masa depan’ itulah omonganku dengan Mita, yang bikin aku mulai membayangkan bentukku dalam 30 tahun ke depan: dengan kantung mata, keriput, kerut- kerut tipis, punggung bungkuk, kaki lemas dan terus batuk- batuk.

Rasanya baru masuk TK kemarin, tapi sebentar lagi bakal jadi orang yang secara resmi disebut tua. Entah apa yang udah aku lakuin selama gentayangan nyaris 20 tahun ini..  Mikirin hal- hal semacam itu bikin aku bingung, dan mungkin benar kata kawan- kawan, “Tenanglah, Sa..”

Baiklah..


Posted

in

by

Tags:

Comments

11 responses to “#abaikan”

  1. Opu Avatar
    Opu

    salut buat daftar pustaka-nya. sukses sa.

    1. Raisa Kamila Avatar

      trims Opu, nanti kalau ke Jogja mainlah ke sana 🙂

      1. Opu Avatar
        Opu

        Insya Allah.

  2. Nindy Silvie Avatar

    Ah, orang seperti kita selalui dihantui oleh tua! 😀

    1. Raisa Kamila Avatar

      Hahahahaha.. ah, gak ada masalah kok jadi orang tua :p

  3. ape Avatar
    ape

    haha…tetap tenang Nek…PUNK IS NOT DEAD :p

    “I think it’s clear why men are intimidated by us”–karena Peri Gigi dan Hantu? 🙂

    1. Raisa Kamila Avatar

      hahaha, gak dong.

      1. ape Avatar
        ape

        oh pasti karena ada #raisakamilagroupies :3

  4. kantong plastik Avatar

    haruki murakami yg bukunya norwegian wood itu kan? haha.. aku baru aja nemu bukunya tadi di perpus. the king’s speech bagus. aku nonton itu untuk matakuliah komunikasi massa. haha..

    btw, yg tenang ya, kak sasa. ;pp

    1. Raisa Kamila Avatar

      Iya, nanti datang ya ke diskusinya, ada pemutaran film-nya juga 🙂

  5. gelluny Avatar
    gelluny

    Tua….. semoga ke’tua’an tidak membuat kita berfikir seperti “orang tua”.

Leave a reply to kantong plastik Cancel reply